Awal berdirinya Yayasan Karya Murni diinspirasikan oleh kisah seorang gadis kecil yang sudah berumur 13 tahun, gadis itu adalah seorang yang buta total, bernama Martha Ponikem. Gadis kecil ini ditemukan oleh serdadu Belanda di satu jalan kota Martapura Kabupaten Langkat pada tahun 1950. Karena rasabelaskasihan serdadu Belanda itu, Martha Ponikem dibawa ke Jl. Daendlesstraat (Jl. Hayam WuruK) sekarang. Serdadu itu meminta agar anak itu diasuh dan dirawat oleh Suster-suster St. Yoseph.
Sr. Ildefonsa yang berhati emas terhadap penderita cacat menerima Martha Ponikem dengan baik. Setelah Sr. Ildefonsa van de Watering mengasuh dan merawat Martha Ponikem dengan baik, dia mengalami kendala bagaimana usaha supaya Martha Ponikem dapat membaca dan menulis, dan hidupnya tidak tergantung selamanya pada orang lain. Dia harus mendapat pendidikan walaupun buta sebagaimana orang yang melek/awas dapat menikmati pendidikan dengan baik.
Pada waktu cuti ke negeri Belanda, Sr. Ildefonsa pergi ke salah satu institute khusus pendidikan anak buta di GRAVE untuk belajar huruf Braille dan metode pengajaran untuk anak buta. Secara kebetulan Suster ini bertemu dengan seorang gadis yang buta, bernama Trees Kim Lan Bong. Gadis itu berasal dari P. Bangka dan menyatakan keinginannya untuk kembali ke Indonesia. Sr. Ildefonsa sangat senang dan beliau minta izin kepada Pimpinan Kongregasi Suster St. Yosef untuk membawa Trees Bong ke Jl. Hayam Wuruk Medan – Indonesia. Mereka tiba di pelabuhan Belawan pada tanggal 15 Agustus 1950, tepat pada hari raya St. Perawan Maria diangkat ke surga. Trees Bong menjadi guru yang pertama untuk mengajar anak buta, yaitu Martha Ponikem.
Begitulah Tress Bong pada awalnya mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan situasi dan lingkungan, juga dalam bahasa. Namun semua itu dia jalani dengan penuh perjuangan dan kerja keras demi mengemban tugas mulia ini. Orang buta mengajari yang buta. Unik, namun disitulah komunikasi dan kontak batin terjalin.
Tidak berapa lama lagi datang dua orang lagi anak buta yaitu: Agustina Hallatu (7) dan Cesilia Pardede (21). Tahun 1953, datang lagi Leo Siregar dan Saulina Oda Sijabat
Karena jumlah anak buta semakin bertambah, maka perlu dibentuk satu badan khusus yang mengelola pendidikan anak buta. Badan itu namanya “Sint Oda Stichting” yang diaktekan pada Notaris tanggal 26 Agustus 1953 dengan nomor akte 56. Pendidikan khusus untuk anak buta disebut SLB-A (Sekolah Luar Biasa bagian A) dan sekarang disebut ABK (Anak Berkebutuhan Khusus)
Kisah/awal berdirinya pendidikan SLB-B Karya Murni.
Pada tahun 1963, seorang Bapak etnis Tionghoa datang ke Jl. Hayam Wuruk 3 Medan, mau menemui Pimpinan Suster St. Yosef Medan. Bapak itu tinggal di Jl. Sutomo (toko Matahari), beliau kebingungan dan sudah capek mecari sekolah untuk 2 (dua) orang anaknya yang tidak dapat berbicara dan tidak dapat mendengar.
Semua sekolah reguler menolak dan tidak mau menerima anak itu. Nama anak itu Lie Kie An (12) dan Lie Kie Hock (16). Dengan sangat sedih Bapak itu memohon kepada Sr. Yohanna Melchiada Bloom agar muder menerima ke dua anak itu untuk diajari dan dididik oleh suster-suster. Sr. Yohanna Melchiada Bloom menolak permintaan Bapak itu, karena belum ada tenaga untuk mengajar dan mendidik anak seperti itu, disamping itu ruangan kelas pun tidak ada. Bapak itu sangat memohon agar muder menyekolahkan suster untuk pendidikan khusus agar anaknya dapat diajar oleh suster. Bapak itu juga bersedia membantu biaya pendidikan suster itu dan juga bersedia memberikan dana untuk pembangunan ruangan kelas.
Sr. Yohanna Melchiada Bloom mencari tahu dimana ada sekolah yang khusus untuk pendidikan anak BISU-TULI, dan akhirnya menemukannya di Jl. Mangli No. 10 Wonosobo – Jawa Tengah yang dikelola oleh Kongregasi Suster PMY. Dua orang suster diutus untuk belajar di Sekolah Bisu-Tuli Wonosobo pada Oktober 1964, yakni Sr. Marietta Purba dan Sr. Fransiska Tampubolon. Setelah ke dua suster ini paham dan mengerti cara mengajar dan mendidik anak bisu-tuli, mereka kembali ke Medan dan langsung membuka kelas persiapan.
Dengan dibukanya sekolah BISU-TULI, dan juga diterimanya anak yatim-piatu dan ekonomi lemah tinggal dalam satu asrama (PANTI ASUHAN) di Jl. Hayam 3 Medan, maka Sint Oda Stichting, diubah menjadi “Yayasan Karya Murni”, diaktekan pada Notaris tanggal 24 Nopember 1965, dengan Nomor Akte 104, alamat Jl. Hayam Wuruk 3 Medan. Pendidikan khusus untuk anak BISU-TULI (tunarungu) disebut SLB-B (Sekolah Luar Biasa bagian B). Dan sekarang disebut ABK (Anak berkebutuhan Khusus)
4.KEADAAAN SISWA DAN WARGA BINAAN TAHUN 2011
NO.
|
UNIT KEGIATAN
|
LK
|
PR
|
JUMLAH
|
1
|
SLB – A Karya Murni Medan |
29
|
30
|
59
|
2
|
SLB- B Karya Murni Medan |
86
|
100
|
186
|
3
|
Panti Asuhan Karya Murni Medan |
40
|
45
|
85
|
4
|
Asrama SLB – B Karya Murni Medan |
43
|
45
|
88
|
5
|
Taman Penitipan Anak Surabaya |
37
|
26
|
63
|
6
|
Pendidikan Anak Usia Dini Surabaya |
21
|
26
|
47
|
7
|
Panti Werdha St. Yosef Surabaya |
10
|
50
|
60
|
8
|
SLB – A Karya Murni Ruteng – Flores |
17
|
19
|
36
|
9
|
SLB – B Karya Murni Ruteng – Flores |
56
|
43
|
98
|
10
|
Panti Asuhan Karya Murni Ruteng – Flores |
73
|
62
|
135
|
|
J U M L A H
|
|
|
857
|
KEADAAN GURU DAN PEGAWAI / TENAGA KETRAMPILAN TAHUN 2011
NO
|
UNIT KEGIATAN
|
GURU
|
PEGAWAI
|
JMH
|
|
|
LK
|
PR
|
LK
|
PR
|
|
1
|
SLB – A Karya Murni Medan |
5
|
7
|
1
|
1
|
15
|
2
|
SLB- B Karya Murni Medan |
4
|
21
|
1
|
1
|
27
|
3
|
Panti Asuhan Karya Murni A Medan |
|
|
2
|
7
|
9
|
4
|
Asrama SLB – B Karya Murni Medan |
|
|
1
|
7
|
8
|
5
|
Taman Penitipan Anak Surabaya |
|
|
1
|
5
|
6
|
6
|
Pendidikan Anak Usia Dini Surabaya |
|
4
|
|
|
4
|
7
|
Panti Werdha St. Yosef Surabaya |
|
|
1
|
8
|
9
|
8
|
SLB – A Karya Murni Ruteng – Flores |
|
1
|
5
|
8
|
14
|
9
|
SLB – B Karya Murni Ruteng – Flores |
|
1
|
10
|
12
|
23
|
10
|
Panti Asuhan Karya Murni Ruteng – Flores |
|
|
2
|
3
|
5
|
11
|
Pelatihan Medan : meuble, konveksi, lilin |
|
|
11
|
7
|
18
|
12
|
Pelatihan Ruteng: meuble, konveksi, kios, salon |
|
|
|
6
|
6
|
|
Jumlah
|
9
|
34
|
35
|
65
|
144
|
Pada tahun 1985, Yayasan Karya Murni mengembangkan sayapnya ke Ruteng – Flores – Nusa Tenggara Timur. Disana juga membuka sekolah untuk anak buta (SLB-A), sekolah untuk anak bisu tuli (SLB-B) dan Panti Asuhan untuk mengasuh anak-anak buta dan bisu tuli.
Pada tanggal 21 Maret 2009, karya-karya suster yang berada di Surabaya: TPA, Poliklinik, PAUD, TK, Grya Usia Lanjut, resmi masuk di bawah naungan Yayasan Karya Murni. Maka pada hari itu juga Ketua Yayasan Karya Murni Medan (pusat), melantik Pengurus Yayasan Karya Murni Cabang Surabaya, sekaligus peresmian dan pemberkatan gedung GRYA USIA LANJUT oleh Yang Mulia Bapak Uskup Vincentius Sutikno Wisaksono Pr.
5. VISI YAYASAN KARYA MURNI:
TERWUJUDNYA PENGHARGAAN DAN PEMBERDAYAAN
AGAR MEREKA YANG DILAYANI MENGALAMI KASIH,
DAPAT MANDIRI DAN MENEMUKAN MAKNA HIDUP
SEBAGAI CITRA ALLAH
6. MISI YAYASAN KARYA MURNI:
- Melaksanakan proses pendidikan yang berkualitas
- Menumbuh-kembangkan kemampuan/potensi Peserta Didik yang berorientasi pada pengetahuan, iman dan ketrampilan hidup
- Menjadikan unit kegiatan sebagai komunitas persaudaraan yang saling menghargai dan mengasihi
- Meningkatkan keahlian dan ketrampilan Sumber Daya Manusia melalui pelatihan, seminar dan magang
- Menghargai dan memelihara lingkungan hidup
- Menjalin kerjasama denganberbagai pihak
7. MOTO : = VENERATE VITAM =
HORMATILAH KEHIDUPAN
8. CIRI KHAS:
PRO LIFE = BERPIHAK PADA KEHIDUPAN
EMPOWERING = PEMBERDAYAAN
COMPASSION = BELA RASA
HONESTY = KEJUJURAN
TRUST = KEPERCAYAAN
Yayasan Karya Murni sebagai lembaga yang bergerak dalam bidang sosial dan kemanusiaan dengan Moto VENERATE VITAM berupaya memegang teguh prinsip, bahwa hidup mesti dihormati, tanpa memandang asal usul atau keadaan fisik secara lahiriah.
Anak-anak Tuhan yang lahir sebagai orang cacat tunanetra dan tunarungu yang berada di Karya Murni dididik, dibesarkan, diberdayakan, dan dimungkinkan untuk mandiri dan menemukan jati dirinya.
Bukan karena belas kasihan semata, tetapi karena mereka adalah Citra Allah yang sederajat dengan orang lain. Mereka punya hak untuk mewujudkan jati dirinya melalui pemberdayaan, dan dalam hal itu mereka mesti ikut dalam proses pemberdayaan itu. Yayasan Karya Murni yakin, hanya dengan menghormati hidup, proses pemberdayaan dapat dilakukan dengan benar dan berbuah.
Penyandang cacat (berkebutuhan khusus) sering dipandang dan diperlakukan sebagai warga masyarakat kelas dua yang tidak produktif; manusia tidak sehat dan beban bagi masyarakat. Pada hal bila mereka dilatih dengan tepat dan pelatihan itu diberikan sedini mungkin mereka dapat berkembang menjadi manusia dewasa yang mandiri dan berguna bagi masyarakat.
Yayasan Karya Murni yakin, tidak ada pekerjaan yang tidak dapat dilaksanakan. Pekerjaan apa saja yang hendak dilakukan dalam rangka memberdayakan semua anak bangsa prinsip pertama dan utama adalah Venerate Vitam = Hormatilah Kehidupan.
Anak-anak tunanetra dan tunarungu juga dapat belajar sebagaimana anak normal di sekolah Regular. Tentu saja cara belajar mereka sangat berbeda. Anak tunanetra menggunakan alat pembelajaran yang sangat spesifik dan cukup mahal seperti: reglet, alat tulis paku, reken plang untuk pelajaran matematika dan alat peraga lainnya, sedangkan anak tunarungu menggunakan Alat Bantu Dengar FM System digital dan dengan itu mereka dimudahkan untuk dapat belajar dengan baik.
Yayasan Karya Murni dan mitra kerjanya serta para pendidik tidak henti-hentinya berpikir dan berupaya bagaimana membangkitkan, menumbuhkan dan mengembangkan potensi/bakat dalam diri anak tunanetra dan tunarungu. Karena itu mereka dibekali dengan berbagai pelatihan dengan maksud dan tujuan agar mereka kelak mampu menuju masa depan yang layak dan mandiri di masyarakat
Pelatihan tersebut meliputi bidang:
1. Musik (piano, organ, suling, gitar, band, keybord)
2. Olah Vokal ( solo, duet, vocal group dan paduan suara)
3. Masage / Panti Pijat
4. Konveksi (jahit-menjahit, sulaman, bordir, sablon, meronce)
5. Pertukangan meuble seperti: lemari, kursi, meja tempat tidur, bangku gereja dan bangku sekolah
6. Membuat bermacam-macam bentuk lilin dengan berbagai kreasi:
lilin paska, lilin devosi, lilin ulang tahun, lilin pernikahan, lilin natal dll.
7. Salon (menggunting rambut dengan berbagai mode, mencat rambut
perawatan rambut dan kulit kepala dll)
8. Computer: mengetik braille, awas dan anak tuna rungun kelak diharapkan
menjadi desainer
9. Belajar internet;
10. BPBI = Bina Persepsi Bunyi dan Irama (latihan mendengar)